Kamis, 30 April 2009

Institut Islam Pertama di Daratan Latin Dibuka

Jalan2 mengelilingi kampus Hijau UI dengan sepeda UI

Institut Islam Pertama di Daratan Latin Dibuka

Sao Paulo,
Kabar baru bagi dunia Islam. Institut pelatihan imam dan pengkhotbah (muadzin) yang pertama untuk seluruh daratan Amerika Latin akan segera dibuka. Tepatnya di Brazil, dan merupakan solusi kebutuhan akan ulama-ulama yang semakin meningkat.

"Institut akan membuka pintu latihan Maret mendatang," ujar Abdelbagi Sidahmed Osman, direktur eksekutif Institut Kajian Islam Amerika Latin, seperti dikutip IslamOnline.net.

"Ini akan menjadi pertama kalinya, bukan hanya untuk Brazil tapi seluruh Amerika Latin," imbuhnya.

Berpusat di kota Maringa, utara negara bagian Parana, institut Islam pertama itu akan fokus dalam pengajaran kajian agama Islam dan melatih para imam.
Lembaga itu bakal memiliki 12 staf pengajar, dengan 6 di antaranya dari luar negeri.

Institut berharap sekitar 150-250 siswa lulusan sekolah menengah atas mendaftar dan setiapnya akan dikenai biaya 1.000 dolar AS (sekitar 12 juta-an) untuk masa studi dua tahun yang terbagi dalam enam caturwulan.

"Sejauh ini hanya siswa dari Maringa yang mungkin mampu mendaftar, tapi kita merencanakan pembangunan asrama segera, sehingga siswa dari luar Brazil dapat belajar di institusi ini," ujar Osman.

Namun, institut juga akan menawarkan program belajar jarah jauh melalui dunia maya untuk melayani mereka tertarik mengambil kurikulum saat ini. Osman mengatakan kelulusan akan diberikan berdasar akreditasi yang diakui lokal maupun internasional

"Kami sudah berkordinasi dengan pemerintah Brazil dan sejumlah universitas terkemuka dari negara-negara Muslim untuk mengkreditasi kualitas kelulusan kami," ujarnya.

Institut ini muncul sebagai respon masyarakat muslim atas kurangnya imam dan pendakwah. "Brazil dan negara Amerika Latin lain menghadapi masalah sama, kekurangan imam baik lokal maupun asing," ujar Osman.

Ada sekitar 120 masjid plus pusat Islam di penjuru Brasil, dan dua pertiganya terabaikan karena tak ada imam dan muadzin. Berdasar situs maya resmi institut, Brazil hanya memiliki 50 imam, dan dari jumlah itu hanya sedikit yang bisa berbicara bahasa Portugis, bahasa resmi Brazil.

"Sebagian besar imam asing datang dari Al-Azhar," jelas Osman, merujuk pada Institusi pendidikan tinggi ternama berbasis di Kairo, Mesir.

"Mereka tinggal di sini paling lama dua tahun. Tentu itu tidak cukup untuk mempelajari budaya dan bahasa negara ini," kata Osman lagi.

Kini ada 27.239 Muslim di Brazil, menurut sensus terakhir pada tahun 2001. Namun Fedaris Islam Brazilia menyatakan angka sekitar 1,5 juta populasi. Mayoritas merupakan keturunan imigran Syria, Palestina, dan Libanon yang menetap di negara itu saat Perang Dunia I dan tahun 1970-an.


Di Posting Oleh : Dorin Mutoif, Poltekkes Depkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan lingkungan
Occupational Health and Safety, University of Indonesia
Munggu, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah

Kamis, 02 April 2009

Sejarah K3 di Indonesia



Sejarah K3 di Indonesia

Perkembangan Higene Industri di Indonesia tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya, namun perkembangan Higene Industri di Indonesia yang sesungguhnya baru dirasakan beberapa tahun setelah kita merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-undang Kerja dan Undang-undang Kecelakaan. Pokok-pokok tentang Higene Industri dan Kesehatan Kerja telah dimuat dalam Undang-undang tersebut, meski tidak atau belum diberlakukan saat itu juga.

Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan (sekarang Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi) pada tahun 1957 didirikan Lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian pada tahun 1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh. Dan pada tahun 1966 fungsi dan kedudukan Higene Industri didalam aparatur pemerintahan menjadi lebih jelas lagi yaitu dengan didirikannya Lembaga Higene Perusahaan (Higene Industri) dan Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja dan Dinas Higene Perusahaan/Sanitasi Umum serta Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higene Perusahaan yang berkedudukan di Surabaya.

Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes yang ada dipemerintahan dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan-perubahan dengan nama-nama sebagai berikut :

· Pada tahun 1969 Lembaga Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja berubah menjadi Lembaga Nasional Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.

· Pada tahun 1978 berubah menjadi Pusat Bina Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

· Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.

· Pada tahun 1988 berubah menjadi Pusat Pelayanan Ergonomi, Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

· Selanjutnya pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

· Pada tahun 1998 berubah lagi menjadi Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

· Nama tersebut pada tahun 2001 berubah pula menjadi Pusat Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes.

· Dan pada akhir tahun 2005 menjadi Pusat Keselamatan Kerja dan Hiperkes

Jadi jelas bahwa pengembangan Higene Perusahaan (Higene Industri) di Indonesia berjalan bersama-sama dengan pengembangan Kesehatan Kerja yaitu selain melalui institusi, juga dilakukan upaya-upaya melalui penerbitan buku-buku seperti Ilmu Kesehatan Buruh (1965). Ilmu Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (1967), Ergonomi dan Produktivitas Kerja. Majalah Triwulan Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Keja dan Jaminan Sosial juga buku-buku Pedoman Hiperkes dan Keselamatan (semacam penuntun Penerapan Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Perusahaan) serta leaflet tentang panduan kerja di laboratorium Hiperkes dan lain-lain yang disebar luaskan ke seluruh pelosok Tanah Air.

Kegiatan lain seperti Seminar, Konvensi, Lokakarya, Bimbingan Terapan Teknologi Hiperkes dan Keselamatan Kerja diadakan secara terus-menerus. Dalam pembinaan personil dilaksanakan dengan menyelenggarakan kursus dan latihan di dalam negeri, disamping pendidikan formal baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar negeri.

Dari segi Perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Perundangan yang menyangkut Hiperkes yang terdapat di dalam Undang-Undang, Peraturan Menteri dan Surat Edaran Menteri telah banyak diterbitkan.

Upaya pembinaan Laboratorium Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang dimulai sejak tahun 1973 sampai dengan tahun 1993 telah berdiri 14 laboratorium Balai Hiperkes dan Keselamatan kerja yang terletak di 14 propinsi.

Sumber: pusat hiperkes

Diposting Oleh : Dorin Mutoif, Poltekkes depkes Yogyakarta Jurusan kesehatan lingkungan
Occupational health and Safety, university of Indonesia
munggu, Petanahan, kebumen